Senin, 20 Mei 2013

Cerpen *CINTA SUDAH TERLAMBAT *

Diposting oleh Unknown di 11:38 AM

 Maaf jika ada kata-kata yang salah ataupun ceritanya kurang nyambung :D


No Copas!



Kiki menyandarkan kepalanya ke kusen jendela dengan pasrah, menatap orang-orang di luar perpustakaan yang berlarian demi menghindari hujan gerimis yang membasahi jalan di luar sana. Inilah yang selalu dilakukan Kiki saat Mahasiswa Kedokteran tingkat akhir itu sedang jenuh dengan deadline tugas akhirnya. Menatap suasana di luar perpustakaan dari lantai 2, mengamati orang-orang yang berlalulalang di bawah sana. Kiki menatap ke ujung jalan di bawah sana, dia melihat seorang gadis bertubuh mungil berambut panjang kecoklatan sedang berlari menembus hujan gerimis sambil melindungi kepalanya dengan tas selempang miliknya. Gadis itu berlari menuju perpustakaan, mungkin untuk berteduh sebentar.

Kiki memang tidak mengenal gadis itu sama sekali, tetapi tubuh mungilnya, rambut coklatnya yang panjang terurai dan gerakannya yang lincah telah mengingatkannya pada seseorang. Seseorang yang sudah sangat dia kenal dan seseorang yang selalu ada dalam pikirannya sejak lama.

Margareth Angelina namanya, atau kerap di sapa Angel. Mahasiswi jurusan Seni yang sudah sangat di kenal Kiki sejak mereka masih SMA. Mereka berteman sangat baik, selama mereka berteman Kiki selalu bisa menyembunyikan perasaannya pada Angel dengan baik, bahwa dia secara diam-diam mencintai gadis itu.Tapi dia tidak berani mengatakannya.Kenapa tidak berani? Dia sendiri juga tidak tau mengapa.

“Dasar bodoh.Tidak bisakah aku menganggap itu hanya sebagai obrolan biasa saja? Anggap itu sebagai lelucon, katakan saja sambil berlalu kemudian tertawa seolah-olah itu Cuma bercanda.yang penting aku sudah mengungkapkan isi hatiku, apa itu terlalu sulit?” gerutu Kiki atas mentalnya yang tidak mampu mendorongnya untuk mengungkapkan perasaannya.

Kiki menghela nafas panjang, dia melihat pantulan wajahnya di kaca jendela yang masih basah terkena hujan. Dia menoleh ke sekelilingnya yang terlihat sudah sepi, hanya dirinya seorang diri yang masih tertinggal disana.

“Margareth Angelina..” bisiknya, seolah-olah pantulan wajahnya itu adalah Angel. “Aku Mencintai…”
Tiba-tiba Ponsel miliknya bergetar. Kiki terlonjak dan buru-buru merogoh sakunya. Ternyata SMS dari Angel.
‘Aku tunggu di tempat biasa’ begitulah isi pesan singkat itu.
Kiki tersenyum, setengah bahagia tapi juga getir. Bahkan untuk latihan mengungkapkan isi hatinya pun dia tidak sanggup.


*****

Angel melambaikan tangan dari tempat duduknya di Café itu, ketika melihat Kiki masuk. Kiki tersenyum kearahnya dan bergegas menuju mejanya.

“Astaga, Kiki  kamu lihat matamu itu. Kamu tidak tidur lagi?” ucapnya melotot tepat di depan wajah Kiki.
“Ya, tugasku begitu banyak yang perlu di koreksi lagi.Kamu sudah lama menungguku?”
“Tidak juga. Ki aku ingin menceritakan sesuatu padamu” jawab sekaligus tanyanya, yang membuat Kiki semakin penasaran.

Dapat Kiki lihat wajah Angel yang berubah menjadi kemerahan, dia tersenyum sambil menggigit bibir bawahnya. Kiki melihatnya dengan sangat cantik dengan senyumnya itu, tapi Kiki juga masih penasaran, apa yang akan diceritakannya?

“Melihat suasana hati Angel yang nampaknya begitu gembira saat ini, mungkinkah ini saat yang tepat untuk mengatakannya? Cuma perlu mengatakan 2 kata aja.Aku mencintaimu, pasti itu tidaklah sulit” batin Kiki.

“Kiki, kamu tau? Aku sedang dekat dengan Morgan, Mahasiswa jurusan Kedokteran sama sepertimu”

Deg! Kiki terpaku mendengar kalimat itu, Kiki merasakan nyeri yang teramat di dadanya tiap kali jantung berdetak.
“Morgan. Handi Morgan Winata kamu tau dia kan?” Tanya Kiki berusaha menyadarkannya, Handi Morgan Winata ya Kiki sangat mengenalnya. Sebagai sahabat Morgan, dia selalu menjadikan Kiki tameng untuk menghindar dari kejaran gadis-gadis yang dia permainkan. Selama ini Kiki tidak terlalu peduli siapa saja gadis yang masuk ke dalam perangkapnya, tapi kali ini Kiki tidak terima kalau Angel direbut olehnya!

“Kiki, kamu kenapa? Apa ada masalah” Tanyanya yang heran melihat Kiki tiba-tiba terdiam.
“Dia itu Playboy, Angel”
“Aku tau itu, Tapi dia sudah berubah” jawabnya meyakinkan Kiki.
Kiki bertambah kesal mendengar ucapannya yang berusaha untuk meyakinkan diri nya. Kiki sudah banyak mendengar keluhan teman-teman lain tentang gadis-gadis yang dengan bodohnya jatuh cinta dengan B*d guy seperti Morgan, dan tak akan Kiki biarkan gadis yang Kiki cintai mengalaminya.

“Morgan udah bener-bener berubah kok Ki, aku yakin itu”
“Oh ya?” jawab Kiki dingin dan berusaha memalingkan wajahnya. “Kenapa aku sama sekali tidak tau kalau dia sudah tobat? Padahal yang lebih dulu mengenalnya kan aku?”
“Mungkin kamu terlalu sibuk belakangan ini, jadi kamu tak pernah tau perubahan darinya”
“Oh, apa aku salah kalau aku terlalu sibuk sehingga Morgan tersayang jadi kesepian dan akhirnya dia mendekatimu. Mencari simpati dengan mengatakan kalau dia akan mencoba untuk setia dengan satu gadis aja? Berhentilah mencoba untuk membelanya”
“Kiki, kamu ini kenapa”
“Ga kenapa-kenapa” jawab Kiki ketus.
“Tugas akhirku yang ruwet sepertinya memberikan dampak buruk secara emosional padaku”
“Jangan jadikan tugas akhir sebagai kambing hitam. Apa kalian berdua lagi ada masalah?” sergahnya.
“Kalau memang kami berdua sedang ada masalah, memangnya kamu mau berlagak jadi pahlawan yang berusaha mendamaikan kami?” jawab Kiki marah.

Angel tampak sangat terkejut dengan sikap Kiki. Tapi Kiki sudah terlanjur kecewa dengan apa yang telah di ucapkan Angel. Kiki berdiri dengan terburu-buru sampai kursi Café yang Kiki duduki terdorong kebelakang lalu pergi meninggalkan Angel disana. Saat beranjak pergi dari Café Kiki masih mendengar Angel memanggilnya , tapi Kiki sudah tidak peduli.

____

Kiki merasa ini pertama kalinya dia melihat kebodohan dalam diri seorang gadis, dan itu dia lihat sendiri dalam diri seorang gadis yang dia cintai. Sebab itu dia menjadi sangat marah.

“Nice guy seringkali berdoa agar semua B*d guy di dunia ini di hilangkan. Karena wanita lebih suka pada B*d guy, sekalipun mereka akan membuatnya terluka dan menangis Lirih Kiki merebahkan tubuhnya di ranjang.

SKIP

Sudah hampir dua bulan Kiki tidak pernah lagi bertemu dengan Angel, semenjak mereka bertengkar dan meninggalkannya di Café. Kiki merasa sedikit menyesal sudah memarahinya saat itu, tapi itu semua Kiki lakukan untuknya, untuk kebaikannya. Angel adalah sahabat yang paling dekat dengannya dan Kiki sangat menyayanginya. Mana mungkin Kiki bisa membiarkan orang yang di sayangi dekat dengan orang seperti Morgan? Meskipun saat ini Kiki merasakan sakit yang lain, patah hati.

“Kalau saja aku mengatakannya lebih awal. Mungkinkah sebenarnya Angel juga menyukaiku, hanya saja karena aku tidak pernah mengatakannya akhirnya dia dekat dengan orang lain. Dengan Morgan?” runtuk Kiki menyesali semua yang terjadi.


Ini adalah pertama kalinya Kiki kembali memikirkan Angel, setelah dua bulan lamanya kiki berkutat menyelesaikan tugas akhir. Tujuan Kiki menyelesaikan tugas itu bukan karena semata-mata ingin cepat-cepat lulus, tapi juga karena sebagai pelarian dari masalah Kiki dengan Angel. Bukan hal yang mudah bagi Kiki untuk menyelesaikan tugas saat menahan emosi seperti itu. Dada Kiki terasa sangat sesak, bahkan teramat sesak ketika membayangkan Angel yang Cuma akan menjadi korban permainan Morgan. Angel menangis sedangkan Morgan pergi meninggalkannya dengan bebas mencari gadis lain.

Setelah keluar dari kampus, Kiki berjalan ke Café tempat biasa mereka bertemu dan mengobrol, tempat ini juga sudah dua bulan lamanya Kiki lupakan. Kiki sendiri tidak tau kenapa tiba-tiba berjalan kesini. Setengah hati Kiki berharap bisa bertemu dengannya disini, meskipun kalau nanti bertemu Kiki tidak tau apa yang akan Kiki katakan pada Angel. Bisa saja Angel tidak sendirian disini, bisa saja dia ditemani Morgan orang yang sangat tidak ingin Kiki temui.

Kiki memasuki Café dan pandangannya langsung tertuju ke meja kecil di pojok, di meja yang biasanya Kiki tempati dengan Angel. Kiki berjalan mendekat. Angel, mungkinkah itu dia? Angel tidak seperti itu kalaupun Angel duduk atau berdiri memunggungi Kiki, Kiki pasti akan langsung tau. Angel tak pernah duduk lesu seperti itu, dia tak pernah membungkukkan tubuhnya.

“Angel?” sapa Kiki memberanikan diri.

Wanita itu menoleh, dan dia memang Angel. Tapi yang membuat Kiki terkejut adalah diri Angel sekarang ini, wajahnya kuyu, kusam dan senyumnya seperti dipaksakan. Selama beberapa saat Kiki terdiam, satu sisi dalam diri Kiki ingin sekali mengejek Angel.
‘Nah, benarkan apa kataku. Wajahmu semurung itu apalagi kalau bukan karena ulah Morgan? kamu termakan bujuk rayunya yang meyakinimu kalau dia akan setia padamu, tapi dia tak pernah begitu. Lalu untuk apa kamu kemari, mencariku? Menjadikanku sebagai pelarian? Atau minta tolong agar aku bicara dengan Morgan agar dia mau kembali padamu?’ batin Kiki menatap dirinya yang tampak menyedihkan sekali.

Tapi Kiki sendiri tak tega melihat Angel seperti ini. Belum tentu kesedihannya karena ulah cowok berengsek itu, Morgan. Mungkin aja dia Cuma tak mau bermusuhan dengan Kiki lebih lama lagi.

“Aku ingin bertemu denganmu” sapa Angel sebelum Kiki menanyakan. “Tapi aku terlalu malu untuk menelponmu. Aku takut kalau kamu tidak mau mengangkat telponku, jadi aku datang ke sini setiap hari untuk menunggumu” lanjut Angel. Suaranya terdengar sangat putus asa dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

“Ada apa?” ucap Kiki khawatir. Angel tak langsung menjawab, dia menggigit bibirnya keras. Sepertinya apa yang ingin Angel katakan hari ini begitu sulit untuk di ucapkan.
“Ada apa?” ucap Kiki mengulang pertanyaan yang sama.
“Udah sebulan ini aku tidak bisa menghubungi Morgan” kata Angel, sepertinya sangat berat baginya untuk mengucapkan kalimat singkat itu.
“Aku tidak bisa menghubunginya, aku tidak pernah lagi melihatnya di kampus” ujar Angel lagi, suaranya semakin lama semakin pelan.
“Ya udah, anggap aja kamu putus dengannya” potong Kiki cepat. Tapi Angel menggeleng dengan cepat, air matanya mulai mengalir deras Angel terlihat begitu terpuruk.
“Lalu?” Tanya Kiki mulai mendesak.
“Aku..” suaranya seperti tersedak, tersangkut di tenggorokan. “Aku hamil…” lanjutnya pelan.

Telinga Kiki terasa berdenging saat mendengar kata-kata itu. “Ya tuhan, kenapa aku selalu mendengar kenyataan yang menyakitkan dari sekian banyak wanita yang telah di permainkan oleh Morgan?” lirih Kiki sedih.

“Apakah Morgan yang melakukannya?”
Angel tidak mengangguk ataupun menggeleng, dia hanya menunduk, menangis dan meratapi dirinya sendiri.

“Beginikah yang selalu wanita lakukan saat harga dirinya sudah hilang? Menangis? Ya, menangis tidak akan mengembalikan apa-apa! Morgan berengsek itu tidak akan kembali untukmu, walaupun kamu menangis darah sekalipun!” ingin sekali Kiki meneriakkan kata-kata itu pada Angel. Tapi mana mungkin Kiki melakukannya di tempat ini dan semakin melukai perasaannya.
Kiki berdiri dari kursi dan bergegas keluar pergi, namun tangan lembut Angel berhasil menarik Kiki untuk tidak pergi.

“Kamu mau kemana?” tanya Angel dengan terisak. Kiki menepis tangannya dengan kasar dan pergi.
“Kiki, jangan pergi! Aku mohon jangan pergi” teriaknya frustasi, dia menangis histeris tak perduli dengan banyaknya orang yang berada di Café itu.
“Lihat apa yang udah dia perbuat padamu! kalau dia memang mencitaimu, dia tidak akan melakukan ini padamu. Dia akan melindungimu, menjagamu dan kalau dia memang mau, dia akan segera melamarmu. kalian harusnya sudah jadi suami-istri sekarang! bukan seperti ini, coba kamu lihat apa sekarang dia ada disisimu? apa dia..” jawab Kiki murka. Kiki sudah tak sanggup melanjutkan kata-kata.

Angel jatuh berlutut dan menangis histeris. Orang-orang yang berjalan di sekeliling mereka menatap mereka aneh, mungkin orang-orang itu mengira kalau Kiki dan Angel adalah sepasang kekasih yang sedang bertengkar hebat. Tapi Kiki tidak memperdulikan hal itu.

“Karena itulah aku sangat membenci Morgan! Aku menyesal menjadi sahabatnya dan aku menyesal kenapa aku selalu menolongnya!”
“Tuhan sudah menghukumku, Angel… Tuhan menghukumku dengan membiarkan Morgan menodai wanita yang sangat kucintai!” ucap Kiki memelankan suara dengan berlinang airmata.
Angel yang saat itu terduduk tak berdaya dilantai mendongak menatap Kiki, matanya yang merah terbelalak.
“Aku mencintaimu” akhirnya kata-kata yang selama ini Kiki pendam dapat di sampaikan pada Angel. “Dan itulah yang membuatku semakin membenci Morgan. Selamanya aku akan menganggap dia sebagai cowok berengsek yang telah menghancurkan hidupku dan hidupmu. aku tidak akan pernah memaafkannya!” lanjut Kiki lirih.

Kiki berbalik pergi meninggalkan Angel yang masih berlutut menangis. Hanya satu tujuan Kiki sekarang, Handi Morgan Winata.

SKIP

Kedua orang tua Morgan yang memang sudah lama mengenal Kiki sebagai sahabat dekat putra mereka, menyambut Kiki yang berdiri di depan pintu dengan ramah. Tapi senyum mereka seketika memudar ketika melihat wajah dan mata Kiki yang memerah dan dia tidak tersenyum sama sekali.

“Nak Kiki, apa yang terjadi denganmu? Apa kamu sakit?” Tanya ibu Morgan.
“Apakah Morgan ada dirumah?” Tanya Kiki datar tanpa menjawab pertanyaan ibu Morgan.
“Ada masalah apa antara kalian berdua” Tanya ayah Morgan.
“Masalah pribadi. Apakah dia ada di rumah?”
“Morgan.. Dia tidak ada di rumah, dia pergi dengan tunangannya untuk memesan gaun pengantin” jawab ayahnya.

Kiki terdiam. Seketika tubuh Kiki terasa lemas tak berdaya, seperti tak ada tulang didalamnya untuk menopang tubuh Kiki untuk berdiri.

“Apa Morgan tidak menceritakannya padamu? Dua minggu lagi dia dan tunangannya akan melangsungkan pernikahan” Tanya ibu Morgan. Kiki terhuyung kebelakang mendengar itu.
“Nak Kiki …” ibu Morgan terlihat khawatir melihat sikap Kiki, mungkin Ia mengira Kiki sakit.
“Apa kalian.. Tidak tau masalah yang sedang terjadi dengan Morgan?”
“Kabar tentang Morgan menghamili seorang gadis?” jawab ayah Morgan. Kiki terbelalak, ternyata ayah Morgan telah mengetahuinya.
“Kami berdua sudah tau, tapi perjodohan Morgan telah lama di tentukan sebelum kabar itu keluar. Pernikahan mereka harus tetap dilaksanakan… ”

Belum selesai ayah Kiki bicara, Kiki sudah pergi keluar rumah dengan emosi yang sudah tidak bisa di kendalikan lagi. “Bisa-bisanya ayah Morgan bicara seperti itu, apa dia tak memiliki perasaan?”
Kiki masih bisa mendengar ibu Morgan memanggil-manggil nama Kiki, tapi Kiki tak peduli. Dapat Kiki lihat mobil Morgan terparkir di luar garasi, entah apakah ayah Morgan berbohong dengan maksud menyembunyikan Morgan, tapi Kiki sudah habis kesabaran. Kiki masuk ke dalam garasi dan mengambil tongkat besi, lalu memukulkannya pada kedua spion mobil Morgan hingga lepas dan hancur dan memecahkan semua kaca mobilnya.

“Kiki hentikan! Atau ku laporkan kamu ke polisi!” teriak ayah Morgan.
“Baik! Dan akan kulaporkan putramu karena telah menghamili sahabatku!” tariak Kiki tak mau kalah.
Kiki menodongkan tongkat besi ditangannya ke arah ayah Morgan, kemudian membanting tongkat besi itu tepat di atas kap mobil Morgan sampai kap mobil itu penyok.

“Katakan pada Morgan, kalau dia tidak terima mobilnya hancur, cari aku!” teriak Kiki lalu pergi keluar dari halaman rumah Morgan yang cukup luas itu. Kiki menatap ke jendela kamar yang terletak di lantai dua, jendela kamar Morgan. Menatap dengan penuh kebencian.
“Harusnya aku juga melempari kaca jendelanya sampai hancur!”


*****

Wanita itu menunggu Kiki di taman hingga malam, sudah berkali-kali dia berusaha untuk menghubungi dan mengirimi pesan pada Kiki. Tapi Kiki sama sekali tidak membalasnya.

“Angel…”
Wanita itu berbalik, ditemuinya laki-laki yang ditunggunya sejak lama telah berada tepat di belakangnya, Morgan. Wajah Angel yang terlihat pucat seketika berbinar, dan dia segera menghampiri Morgan.

“Kemana aja kamu? Aku tidak bisa menghubungimu selama sebulan ini, aku ingin mengatakan sesuatu padamu…”
“Kita putus aja” potong Morgan datar. Angel terperanjat kaget, hatinya hancur berkeping-keping.
“Apa!”
“Maaf, tapi kupikir hubungan kita tidak akan berhasil…”

Plaak! Angel menampar Morgan dengan keras. Airmatanya menggenang, tapi Morgan hanya diam tak membalas ataupun sekedar mengucapkan sepatah kata.

“Aku Hamil!” teriak Angel, teriakannya menggema di taman yang sepi malam itu.
“Begitukah? Apa kamu sudah memastikan kalau itu adalah anakku?” kata Morgan dingin tanpa kesan terkejut sama sekali.
“Apa maksudmu?” Tanya Angel terhuyung, dia sama sekali tak menyangka jika Morgan akan bicara seperti itu.

Morgan tak memperdulikan Angel dan dengan dinginnya dia langsung pergi meninggalkan gadis itu. Tapi belum sempat dia pergi jauh, tiba-tiba Kiki datang dari arah berlawanan dan langsung memukul wajahnya.
Morgan jatuh tersungkur, sudut bibirnya berdarah. Tanpa ampun, Kiki menarik kerah baju Morgan dan kembali memukuli wajahnya berulang kali.

“Apa kau pikir Angel itu gadis murahan yang bisa kau bayar untuk kau tiduri, ha!” tariak Kiki tepat di wajah Morgan. Morgan menatap Kiki dengan matanya yang lebam, tapi dia Cuma diam. Kiki kembali memukulinya sedangkan Morgan tidak melawan Kiki sama sekali.
“Kiki hentikan!” lerai Angel. Angel pun menarik Kiki menjauh dari Morgan. tapi Kiki mendorong Angel menjauh dan menendang tubuh Morgan.
“Ayo lawan aku pecundang, berdiri! Jadi ini yang kau banggakan playboy? Kau Cuma berlagak jantan di hadapan para gadis, tapi tidak berani melawanku?” ujar Kiki dan kembali menarik kerah baju Morgan dan memukul wajahnya. Morgan jatuh tersungkur di hadapan Kiki.
“Jangan harap itu pukulan terakhirku!”

Kiki menarik tangan Angel dan pergi menjauhi Morgan. Morgan hanya mampu menatap kedua insan itu pergi menjauh, tersungkur sendirian ditanah berpasir yang mengotori seluruh tubuhnya. Dia terbatuk-batuk dan beberapa saat kemudian dia menangis.

“Semua salahku, apa yang harus kuperbuat untuk memperbaiki ini semua?” Bisiknya lirih.

Tak ada kesempatan bagi Morgan untuk memperbaiki kesalahan besarnya dengan menikahi Angel. Orang tuanya justru menentang niat Morgan, bahkan menjodohkannya dengan putri kolega ayahnya, dia merasa dirinya terlalu pengecut untuk sekedar menentang ayahnya. Dan dia hanya bisa menerima semua pukulan Kiki. Dia merasa pantas untuk itu.


*****

Kiki masih menggenggam lengan Angel dan mengantarkannya pulang tanpa sepatah katapun. Hatinya sakit dan telah hancur melihat Angel menangis seperti itu.

“Aku akan menikahimu” ucap Kiki pada Angel seraya menariknya ketika mereka telah sampai di lobi apartemen Angel. Kiki menatap mata Angel tajam agar Angel yakin bahwa Kiki tidak main-main dengan perkataannya.
“Aku yang akan bertanggung jawab. Aku yang akan mengatakannya pada orang tuamu kalau bayi itu adalah anakku”
“Tidak, jangan lakukan itu… ”

Kiki menarik Angel dan memeluknya lama, dia tak membalas pelukan Kiki dia hanya menutup matanya berusaha membendung airmata. Dia ingin menolak Kiki, karena dia tak mau membebani Kiki untuk kesalahan yang sama sekali tak pernah Kiki perbuat. Tapi sepertinya Angel tidak bisa menolaknya.

“Aku mencintaimu, bahkan sejak lama. Demi untuk bisa melindungimu, mengakui hal itu bukan sesuatu yang sulit” yakin Kiki padanya.

Tak ada jawaban apapun dari mulut Angel. Dia  seperti tidak mau menolak keinginan Kiki, tapi dia merasa tidak pantas untuk itu. Namun mungkin itulah jalan terbaik untuk dia pilih.


SKIP

Setengah jam kemudian Kiki telah sampai di apartemennya, saat hendak mengganti baju. Ponsel Kiki bergetar tanda pesan yang masuk ke ponselnya, ternyata itu pesan dari Angel.

‘Terimakasih untuk semuanya Ki. Terimakasih kamu udah mau mencintaiku dengan tulus, maafkan aku yang bodoh ini tak bisa membalas cintamu. Dan maafkan aku udah membuatmu jadi repot, sekarang aku tidak akan mebuatmu seperti itu dan menggangumu lagi’ pesan dari Angel.

“Apa maskudnya?” Tanya Kiki seorang diri. Tiba- tiba hati Kiki dijalari perasaan buruk, kenapa tiba-tiba Angel berkata begitu.

Tanpa basa-basi Kiki bergegas keluar rumah dan mengendarai mobil menuju rumah Angel. Sepanjang perjalanan Kiki berusaha untuk menghubungi Angel namun sama sekali tidak di angkat.

_____

“Angel, apa kamu di dalam?” panggil Kiki seraya mengetuk daun pintu apartemennya, tapi sama sekali tidak ada jawaban. Kiki mengetuk kembali bahkan menggedor pintunya. Jantung Kiki berdetak kencang dan takut akan terjadi sesuatu dengan Angel, Kiki mundur beberapa langkah dan mendobrak pintu itu dengan sekuat tenaga.

“Angel!  Angel kamu dimana?” Kiki mencarinya diseluruh penjuru apartemen Angel, tapi tak ada siapa-siapa disana.

Kiki kembali masuk kedalam mobil dan pergi mencarinya. Kiki tidak tau harus kemana mencarinya, sudah berulang kali Kiki coba untuk menelpon tapi tetap saja tak ada jawaban. Hingga nyaris tengah malam Kiki berkeliling mencarinya, tapi sama sekali tidak menemukannya. Dengan kelelahan dan putus asa Kiki mengendarai mobil melewati sebuah gedung yang terletak dekat dengan taman kota. Ada yang aneh disana, Kiki melihat beberapa orang berkerumun ada polisi dan ada Ambulance disana.
Entah mengapa Kiki penasaran dan tertarik untuk melihat. Dada Kiki berdegup kencang saat memaksakan diri menyeruak di antara kerumunan orang-orang yang berwajah pucat dan membekap mulut mereka, seolah-olah takut dengan apa yang baru saja mereka lihat.

“Tolong mundur semua! Mundur!” perintah salah seorang polisi. Namun Kiki tak mengindahkan perintahnya, Kiki semakin nekat menerobos barisan polisi yang berjaga disana. Kiki melihat sesosok tubuh yang sebagian tubuhnya sudah tertutup pelastik pembungkus jenazah.

“Hei! Apa yang kamu lakukan? Mundur!” perintah polisi itu lagi.
Kiki masih terdiam tak berkutik, darah Kiki terasa seperti berhenti mengalir dan kepala Kiki begitu berat saat melihat tubuh yang tergeletak itu.
“Angel… Kenapa…?” suara Kiki begitu lirih didengar.
“Sudah saya bilang mundur!”
“aku mengenalnya! Dia calon istriku!” teriak Kiki histeris.

Polisi itu terbelalak mendengar kata-kata Kiki, Kiki berteriak putus asa dan memberontak saat dua orang polisi mencoba menarik Kiki guna menjauhkan Kiki dari jenazah Angel.

“Dia bukan Margareth Angelina! Bukan Angel, dia tidak mati! Kumohon tolonglah dia…” lirih Kiki tidak percaya Angel meninggal dengan cara yang tragis. Padahal baru beberapa jam yang lalu Kiki menatap wajahnya.

Angel bunuh diri dengan cara melompat dari atap gedung itu, sesaat setelah Kiki pulang dari apartemen Angel. Apa yang sudah terjadi padanya telah membuat Kiki hancur remuk-redam dalam lubuk hati yang palingdalam Kiki merasa sangat menyesal.


*****

“Apakah anda yang bernama Muhammad Rizky atau Kiki? Kami sudah mengotopsi jenazah nona Margareth Angelina. Dan disaku celananya kami menemui selembar surat, didalamnya tercantum nama anda dan satu orang lagi bernama Handi Morgan Winata” ujar seorang polisi pada Kiki dengan menyerahkan plastic berisi selembar surat yang di tulis Angel.

Dear Muhammad Rizky,
Kamu pernah mengatakan kalau Handi Morgan Winata adalah orang paling jahat, paling pengecut dan paling berengsek yang pernah hidup didunia. Kamu bahkan berharap orang seperti dia tak pantas hidup didunia ini, seandainya membunuh bukanlah perbuatan yang berdosa, pasti kamu sudah membunuhnya sekarang.
Tapi kenapa kamu tidak membenciku, Kiki? Dibanding Morgan, akulah yang seharusnya kamu benci. Orang yang sangat tidak pantas untuk kamu cintai. Kenapa kamu masih mencintaiku, ketika aku pergi meninggalkanmu dan lebih memilih orang yang menurutmu tidak pantas untukku? Kenapa kamu masih membelaku, di saat aku telah merusak kepercayaanmu padaku dan tidak mau mendengarkan kata-katamu?

Kiki.. Aku minta maaf untuk semua rasa sakit hatimu karena perbuatanku. Aku tau, kata-kata saja tak cukup untuk membayar ini semua. Aku bukanlah gadis yang pantas untuk kamu cintai, aku terlalu hina untuk mendampingi pria sebaik dirimu. Berikan  cintamu pada gadis yang memang benar-benar tulus mencintaimu, jangan sakiti hatimu dengan terus mempartahankan cintamu pada gadis yang bodoh ini.
Terimakasih untuk semua cintamu,  Ki. Sampai kapanpun aku tak akan melupakanmu” baca Kiki dengan perasaan tersayat.


Kiki menutup wajahnya dan menangis. Andai Kiki tak pulang malam itu, mungkin hati Angel tidak rapuh dan memilih untuk bunuh diri.

“Apakah anda mengenal seseorang yang bernama Morgan ini?” Tanya polisi itu hati-hati bertanya pada Kiki.
“Handi Morgan Winata. Dia yang bertanggung jawab atas kematian Margareth Angelina” jawab Kiki berusaha untuk tegar.


***

Kiki berjalan menuju mobilnya dengan sedikit terhuyung, dia membanting botol birnya yang sudah kosong ke tempat sampah. Matanya merah dan sembab karena masih teringat Angel dan kematiannya yang tragis. Meskipun dalam kondisi mabuk, Kiki tetap mengendarai mobilnya.
Dia sengaja mengatakan pada polisi bahwa Morgan lah orang yang bertanggung jawab atas kematian Angel. Dia ingin Morgan menderita, dia ingin Morgan merasakan apa yang dirasakannya, kehilangan. Selamanya dia tidak akan pernah memaafkan Morgan, karena kalau bukan karena Morgan, Angel pasti masih hidup sampai sekarang dan bahagia.

“Aaargh! Angel…. Seharusnya kamu jadi milikku” gumam Kiki parau.

Kiki memejamkan matanya karena tak tahan lagi dengan pusing yang amat teramat di kepala nya. Seketika Kiki terkaget, gugup dan terlonjak dari pejaman mata, karena ada seberkas cahaya yang begitu menyilaukan menyorot. Tanpa sadar Kiki menekan gas terlalu dalam dan mobil Kiki melaju kencang tanpa kendali. Dan saat Kiki tersadar, Kiki melihat kedepan, dan…

Braaakk…!!!


The End.


Writer : Shintia Deshy
http://www.facebook.com/shintia.deshy

catatan dari aku : Awal nya peran cerita adalah bukan Margareth Angelina (Angel), Muhammad Rizky (Kiki), dan Handi Morgan Winata (Morgan), aku yang mengganti nya? jadi jika kalian tak suka akan peran yang aku main kan. marah lah pada ku? kritik lah aku, bukan si pembuat cerita ini Thanks

0 comment:

Posting Komentar

 

TwiBi Pekanbaru Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review